Skip to main content

Jelang Lebaran, Pasar Malam Kodam Hingga Royal Plaza Dipadati Pengunjung 

  Menjelang lebaran, pasar malam Kodam hingga Royal Plaza di Surabaya dipadati pengunjung. Hari Raya Idul Fitri 1445 H, tinggal menghitung hati saja. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong memadati tempat perbelanjaan. Seperti yang kita ketahui, membeli baju baru saat lebaran seakan sudah menjadi tradisi di Indonesia. Tak ayal jika banyak orang-orang memburu baju, aksesoris, hingga jajanan untuk menyambut momen ini.  Terlebih jika upah kerja hingga Tunjangan Hari Raya (THR) sudah diterima semua. Berbagai tempat perbelanjaan, seperti minimarket, pasar, dan mall pun penuh. Belum lagi dengan adanya jadwal buka bersama (Bukber). Sejenis tempat makan, seperti warung, cafe, dan restoran pun turut dipadati pengunjung. Dua dari sekian banyak tempat di Surabaya yang dipadati pengunjung ialah Royal Plaza. Pada video yang diunggah akun Instagram ini_surabaya, menunjukkan suasana padat di tempat yang dijuluki sebagai mall sejuta umat ini. "Royal Plaza lautan manusia rek. Hayo siapa yan...

Drama Skripsi

  


        Sebelum melakukan KRS semester delapan, ketika hendak menempuh Mata Kuliah (Matkul) Skripsi, dalam hati tidak ada persiapan sama sekali. Mulai dari judul bahkan gambaran ingin mengangkat topik apa? Semuanya tak terlintas di kepalaku. Seperti kosong, membiarkan mengalir bagai air.

Semua diperparah dengan adanya pemberlakuan kurikulum baru. Entahlah, sebelum menentukan Kartu Rencana Studi (KRS) selalu saja terjadi huru-hara. Kali ini lebih parah. Matkul  Praktikum dan Skripsi yang bisa ditempuh semester tujuh, harus diambil di semester delapan. Alasannya karena pandemi. Diklaim bahwa banyaknya praktik pada matkul Praktikum akhirnya digeser ke semester genap.

Sedangkan matkul Skripsi tidak boleh diambil sebelum mahasiswa/i lulus matkul magang. Padahal tahun-tahun sebelumnya boleh-boleh saja keduanya ditempuh bersamaan. Ah, ya sudahlah. Lantas tak berhenti di situ. Karena pemberlakuan kurikulum baru, tiba-tiba ada kebijakan bahwa kami angkatan 2017 (khususnya), harus mengambil matkul peminatan sekian Satuan Kredit Semester (SKS) dan matkul pilihan minimal sekian SKS, yang alhasil membuat kita terpaksa ikut mengambil matkul lain yang belum tertempuh. Tentunya untuk menyesuaikan kurikulum baru.

Harapan lulus 3,5 tahun pun musnah. Bahkan pada tahun ke empat, yang sebenarnya okelah tinggal Praktikum dan Skripsi, namun justru harus menambah satu hingga dua matkul lain. Mmh

Akibat hal ini, mood jadi makin tak karuan. Perasaan tidak semangat, kecewa, sedih, dan banyak lagi. Semua bercampur di hati. Jadwal pengajuan judul Skripsi pun makin dekat. Akhirnya diputuskanlah untuk memakai judul yang pernah digunakan untuk matkul Seminar Proposal (Sempro).

Antara yakin dan tidak yakin sebenarnya. Pertama, karena objek yang diteliti merupakan berita tahun lalu. Dalam bayanganku pasti ini sulit untuk diakses kembali karena sudah tertumpuk oleh ribuan berita lainnya. Kedua, karena waktu itu hanya sekadar 'pokoknya dapat tema' padahal hati tidak spenuhnya tertarik.

Akhirnya, karena tidak ada opsi lagi. Diputuskanlah dengan sangat terpaksa untuk tetap memakai topik tersebut. Ketika diberitahukan nama-nama dosen pembimbingnya, aku lumayan syok. Karena dosen yang aku harapkan ternyata bukan pembimbingku. Namun, judul yang aku ajukan ternyata diterima. Setidaknya bersyukur.

Waktu bimbingan pertama, dengan pedenya mengajukan langsung tiga Bab sekaligus. Berharap langsung diberi catatan semua dan revisi sekalian. Namun, ternyata aku salah. Latar belakang yang dinilai masih acak-acakkan, lumayan membuat terkejut. Padahal, dosen Sempro waktu itu tidak banyak komentar dengan LBM-ku. Bahkan semuanya direspon bagus.

Beberapa kali bimbingan masih berkutat di LBM. Hingga akhirnya, ditengoklah Bab selanjutnya. Sebenarnya, dospem pembimbingku sangat mendukungku untuk aktif konsultasi. Setiap hari Senin, Rabu, dan Jum'at sebisa mungkin datang ke kampus. Hanya saja, aku yang bermalas-malasan karena sudah tidak mood mengerjakan. Selalu terbayang-bayang objek penelitian.

Hingga suatu hari pernah saat bimbingan. Tetiba merasa goblok maksimal. Ditanya menggunakan pendekatan apa? Aku jawab random saja. Dospem hanya geleng-geleng. Mungkin dalam hatinya saat itu berkata : 'guobloke talah. Ngene kape lulus'. Hingga akhirnya aku ditinggal begitu saja. Tapi, aku mencoba berfikir positif. 'Pasti yang lebih parah dari aku, banyak. Pasti ditinggal karena emang sudah masuk jam istirahat'.

Ah, sudahlah. Pasrah. Tidak yakin.

Fikiran saat itu memelihi untuk fokus cari uang dan pekerjaan. Bahkan, sudah diniatkan untuk menjual laptop yang aku beli satu tahun lalu milik kaptenku saat masih kerja di kafe dulu.

"Loh, bukannya sedang skripsi? Kenapa dijual?," tanya kakakku satu-satunya itu, via whatsApps (WA). Aku memang meminta tolong untuk membantu menjualkannya dan memang sengaja menghubunginya melalui pesan WA. Alasannya, tentu agar saat ditanya 'kenapa', aku tidak terlihat sedang menangis di depannya. Ah, sungguh tak rela sebenarnya.

Aku hanya bisa menjawab. 'Percuma toh juga waktu pendaftaran sidang skripsinya sudah sangat mepet (saat itu H-2 minggu, sedangkan aku belum mengumpulkan revisian Bab III), jadi aku ikut semester depan saja. Selain itu juga yang terpenting saat ini, SPP bisa dilunasi dulu," jawabku melalui personal chat (PC), sembari menahan tangis.

Ya, maklum. Di masa pandemi Covid-19, perekonomian ikut merosot. Di tambah aku yang sudah tidak bekerja dan memiliki pemasukan pasca magang kuliah beberapa bulan lalu. Di tambah lagi, kedua orangtua yang kebetulan sedang sakit juga. Pikiran jadi semakin tidak karuan.

Pada Rabu (14/7/2021), entah kenapa ada dorongan dalam diri untuk menyerahkan hasil revisi Bab III. Hanya saja, malam sebelumnya sempat terfikirkan untuk konsultasi mengenai bagaimana baiknya objek penelitian ini. Jujur itu yang selama ini selalu membuat diri merasa tidak yakin. Sebelum-sebelumnya sudah ada niatan untuk menanyakan perihal itu, namun Dospem seolah menuntut untuk fokus step by step. Okelah, manut.

Akhirnya, pada hari tersebut juga. Diputuskanlah untuk mengganti tahun penelitian. Selain lebih up to date, pula lebih mudah untukku mencari judul-judul berita yang diperlukan karena edisinya yang masih cukup hangat. Bersyukur.

Keesokannya, mulai aku cari-cari objek tersebut, alhamdulillah ada semua. Berlanjutlah pada Bab V, namun tidak cukup waktu untuk diselesaikan hari itu juga. Keesokannya, seorang teman mengirimkan pesan WA. Ia menanyakan apakah aku mengikuti sidang semester ini? Aku pun masih tidak yakin. Deadline tanggal 28 Juli 2021 sudah makin dekat dan aku pun hanya bisa berusaha semaksimal mungkin dan untuk hasilnya aku tawakal saja.

Seharusnya, Jum'at yang direkomendasikan untuk ke kampus oleh Dospem.  Aku pun memilih tidak datang. Namun, dalam hati bertekad bahwa hari Jum'at, Sabtu, dan Minggu semuanya harus selesai, mulai dari Bab 1-6, plagiarism, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi. Alhamdulillah, memasuki hari Senin (19/7) semua target sudah aku selesaikan. Ketika bimbingan, Dospem auto merekomendasikan untuk segera daftar sidang gelombang ini. Toh, "Setelah sidang juga masih ada revisi lagi," ujarnya. Hanya saja saat itu Dospem memberikan masukan agar kesimpulan lebih diperpanjang.

Senang tiada terkira rasanya. Meski perasaan masih menyimpan banyak pertanyaan, ya sudahlah. Intinya, aku masih bisa ikut daftar skripsi semester ini. Bahkan teman-temanku yang sudah wanti-wanti positif akan ikut gelombang 2, justru belum juga selesai mengerjakannya. Mereka pun syok. 'Eh, kok bisa?, Katanya masih Bab III?, Kok sudah selesai ajah? Perasaan kemarin progressnya aku duluan?'.

Motivasi segera menyelesaikan itu sebenarnya datang dari teman-teman seperjuangan. Mereka progress lebih cepat dari pada aku. Mereka menyemangati melalui pesan WA. Haha, lumayan terharu dan semangat saat itu. Namun, puncaknya ketika tiga orang teman sudah keluar dari grup bimbingan karena dianggap sudah selesai, tidak perlu bimbingan lagi, tinggal daftar untuk sidang skripsi.

Hati yang awalnya ingin merelakan ikut semester sembilan, seketika dan sekejap berkobar dan tidak menerima begitu saja. Meski di dalam grup bimbingan tiada komentar. Namun, dalam raga berkecamuk ingin berteriak 'AKU PASTI JUGA BISA'. Alhamdulillah, akhirnya bisa menyelesaikan dalam H-beberapa hari sebelum deadline yang kukira tidak akan pernah selesai di semester ini.

Selain itu, sebelumnya juga sempat berfikir "Mengerjakan tugas H-jam bisa, mengapa mengerjakan Skripsi H-2 minggu tidak bisa? Bukankah sama saja?," tanyaku beberapa kali pada hati kecilku sendiri. Terlebih bersyukur dapat Dospem yang juga turut menyemangati dan selalu stay saat anak bimbingannya ingin berkonsultasi. Jadi, tidak ada drama-drama yang sulit dihubungi atau slow respon.

Ketika semua sudah merasa cukup, hanya tinggal melakukan administrasi. Ingin rasanya memberikan pengaruh positif juga pada teman-teman lainnya, sebagaimana aku mendapat semangat dari beberapa teman dekat saat itu.

Sebenarnya aku bermaksud tidak mengumbar jika skripsiku telah selesai. Membiarkan mereka tetap mengira aku tiada progress dan tetap santai dalam zona nyaman. Tiba-tiba saja namaku terpampang pada daftar nama mahasiswi yang ikut sidang gelombang ini. Wah, pasti seru sekali.

Niat itu pun wurung. Hati dan fikiranku ingin memberikan semangat pada teman-teman yang lain, agar kita seangkatan dapat sidang dan wisuda bersama. Hingga template dalam skripsi segera aku kirimkan ke mereka yang sudah sangat antusias ingin mengejar waktu-waktu terakhir pendaftaran sidang. Dengan maksud, agar mereka cukup fokus mengerjakan Bab 1-6 saja. Selebihnya tinggal merubah punyaku. Karena pasti mengedit tata letak seperti ttd beberapa dosen pembimbing, penguji, logo dan daftar isi itu cukup menyita waktu juga.

Maksud hati membantu mereka agar kami bisa menyelesaikannya bersama. Melihat teman-teman optimis dan tidak menyerah suatu kebahagiaan tersendiri. Aku pun juga tahu bahwa tidak semua teman bisa ikut sidang  gelombang ini, tapi bersyukur mereka dapat merespon baik niatku membantu. Namun, sayangnya niat baik tidak sepenuhnya mendapat respon baik. Sedih memang. Namun, instropeksi diri saja, mungkin caraku yang salah hingga tidak sengaja menyinggung sebagian orang.

Setelah menunggu kurang lebih seminggu lamanya, yang dinanti-nantikan akhirnya diumumkan juga. Ya, jadwal sidang online. Kebetulan, aku sidang bertepatan pada hari ulang tahun Bapak, Kamis (12/8/2021). Mendekati Hari H, perbanyak referensi dari beberapa teman yang sudah sidang terlebih dahulu. Intinya, ‘pelajari model analisis lain dan percaya diri dengan penelitianmu sendiri’. Alhasil, sidang skripsi pun akhirnya berjalan sangat lancar. Meski sempat dag dig dug sebentar di pagi harinya, tapi waktu belajar presentasi sendiri di depan layar laptop, alhamdulillah jadi lebih rileks dan sempat gak sabaran bahkan.

                Sangking yakinnya aku presentasi dan menjawab segala pertanyaan ketiga penguji, sampai-sampai aku sudah percaya diri saja kalau pasti lulus. Sampai saat dinyatakan lulus pun perasaan benar-benar B ajah. Tidak semenakutkan ketika mendengar dari cerita orang.

                Ketika mendengar pernyataan lulus itu memang benar-benar perasaan yang biasa banget. Malah foto huru hara ala kelulusan itu seperti sedang drama saja. Karena fikiran tuh hanya kebayang, lulus bukan berarti tidak ada tanggungan untuk bayar SPP dan Wisuda. Bulum juga cari kerja, di lain sisi juga bantuin usaha keluarga. Intinya tuh yang ada justru dilema.

                Jadi, sebenarnya apa yang membuat teman-teman iri denganku? Kata mereka dosen pembimbing dan pengujiku enak-enak orangnya. Lah bukannya yang pengujinya dianggap killer juga banyak yang dinyatakan lulus ya? Jadi, apa bedanya? Kalau boleh aku iri ya, aku justru iri dengan teman-teman yang gak punya tanggungan biaya. Tapi aku tidak mau membandingkan diriku dengan orang lain. Intinya, syukuri saja apa yang sudah aku punya dan lakukan sampai saat ini. Lagi-lagi, apresiasi tertinggi untuk diri sendiri. Terima kasih, aku.

 Tertanda,


Fitri Yuliani, S.I.Kom.

Comments

Popular posts from this blog

Jelang Lebaran, Pasar Malam Kodam Hingga Royal Plaza Dipadati Pengunjung 

  Menjelang lebaran, pasar malam Kodam hingga Royal Plaza di Surabaya dipadati pengunjung. Hari Raya Idul Fitri 1445 H, tinggal menghitung hati saja. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong memadati tempat perbelanjaan. Seperti yang kita ketahui, membeli baju baru saat lebaran seakan sudah menjadi tradisi di Indonesia. Tak ayal jika banyak orang-orang memburu baju, aksesoris, hingga jajanan untuk menyambut momen ini.  Terlebih jika upah kerja hingga Tunjangan Hari Raya (THR) sudah diterima semua. Berbagai tempat perbelanjaan, seperti minimarket, pasar, dan mall pun penuh. Belum lagi dengan adanya jadwal buka bersama (Bukber). Sejenis tempat makan, seperti warung, cafe, dan restoran pun turut dipadati pengunjung. Dua dari sekian banyak tempat di Surabaya yang dipadati pengunjung ialah Royal Plaza. Pada video yang diunggah akun Instagram ini_surabaya, menunjukkan suasana padat di tempat yang dijuluki sebagai mall sejuta umat ini. "Royal Plaza lautan manusia rek. Hayo siapa yan...

Belum Ada Negara yang Runtuh Karena Kebebasan Pers

       Dalam buku " SBY dan Kebebasan Pers", Zainal Muttaqin selaku Ketua Serikat Pers Kaltim dan Direktur Utama Kaltim Pos menuliskan bahwa ia sempat teringat pernyataan mantan Kasdam Mulawarman, Yunus Yosfiah yang pernah menjabat Menteri Penerangan di awal era reformasi.          "Belum ada negara yang runtuh karena keterbukaan informasi, karena persnya bebas," tegasnya.      Menurut Zainal, SBY telah mengajarkan kepada rakyatnya bahwa menjadi pemimpin, bahkan sampai pada level presiden, harus siap menerima kritik setiap saat apapun bentuknya. Walaupun harus diakui, kritik itu sendiri tidak selalu demi kemajuan. Bahkan banyak kritik yang sekadar untuk melampiaskan hasrat pengkritiknya.     Hal tersebut merupakan contoh yang sangat baik dalam keterbukaan informasi, bahwa kritik pers terhadap pemimpinnya, terhadap pemerintahannya adalah suatu keniscayaan yang tidak terhindarkan. Meski kritik tidak menye...