Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Jelang Lebaran, Pasar Malam Kodam Hingga Royal Plaza Dipadati Pengunjung 

  Menjelang lebaran, pasar malam Kodam hingga Royal Plaza di Surabaya dipadati pengunjung. Hari Raya Idul Fitri 1445 H, tinggal menghitung hati saja. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong memadati tempat perbelanjaan. Seperti yang kita ketahui, membeli baju baru saat lebaran seakan sudah menjadi tradisi di Indonesia. Tak ayal jika banyak orang-orang memburu baju, aksesoris, hingga jajanan untuk menyambut momen ini.  Terlebih jika upah kerja hingga Tunjangan Hari Raya (THR) sudah diterima semua. Berbagai tempat perbelanjaan, seperti minimarket, pasar, dan mall pun penuh. Belum lagi dengan adanya jadwal buka bersama (Bukber). Sejenis tempat makan, seperti warung, cafe, dan restoran pun turut dipadati pengunjung. Dua dari sekian banyak tempat di Surabaya yang dipadati pengunjung ialah Royal Plaza. Pada video yang diunggah akun Instagram ini_surabaya, menunjukkan suasana padat di tempat yang dijuluki sebagai mall sejuta umat ini. "Royal Plaza lautan manusia rek. Hayo siapa yan...

Dinikmati, Kalau Sambat Semakin Berat

“Aku rela pergi pagi, pulang pagi hanya untuk mengais rejeki...” Begitulah kira-kira lagu yang cocok menggambarkan kehidupan Andik si tukang ojek online ‘Grab’. Ya, lelaki asal Bendul Merisi, Surabaya ini, setiap hari berangkat mencari nafkah usai jamaah shalat subuh turun, dan akan pulang saat fajar hampir terbit kembali. Biasanya, mulai dari Jl. A. Yani, Panjang Jiwo, Transmart Rungkut, hingga Semolo, ia putari demi mencari orderan lebih banyak lagi. Meskipun begitu, bapak dua anak ini terkadang hanya membawa pulang uang yang tak seberapa. Menurut Andik, pekerjaan sebagai ojek online pasti juga ada masa-masa sepinya, Terlebih kini semakin banyak pengojek online yang secara tidak langsung menjadi saingannya. Apalagi saat  anak sekolah dan kuliah libur seperti saat ini.  Disela-sela letihnya menunggu pelanggan yang tak jua datang, ia biasanya lebih memilih beristirahat di rumah. Rute yang ia pilih memang tak seberapa jauh dari rumah, hal itu ia perhitungka...

Kontroversi Pernyataan Agnez Mo "Tidak Punya Darah Indonesia" dalam Teori Divusi Inovasi

Beberapa waktu lalu, masyarakat dihebohkan dengan potongan video yang banyak beredar di internet. Pada potongan video tersebut  Agnez Monica Muljoto atau yang kerap dipanggil Agnez Mo tengah di wawancarai dalam Build aderiese  oleh Kervan Kenney  yang ditampilkan di Youtube dengan judul "Indonesian Pop Artist Agnez Mo Talks New Music, Including Her Single, Diamonds". Dalam sesi wawancara tersebut, wanita kelahiran Jakarta, 1 Juli 1986 ini menceritakan banyak hal mengenai keberagaman budaya yang ada di Indonesia yang mempengaruhi musik yang ia rilis di Amerika Serikat. Keberagaman itu ia tunjukkan pada pakaian tradisional yang dikenakannya, juga dalam urusan musik. Hingga, kemudian Kenney bertanya mengenai latar belakang dirinya yang dinilai berbeda pada kebanyakan masyarakat di Indonesia. Agnes pun menjawab bahwa ia tidak punya darah Indonesia di dalam tubuhnya. “Sebenarnya, saya tidak punya darah Indonesia sama sekali. Saya sebenarnya keturunan Jerman, Jepan...

#reformasidikorupsi

          Sebelumnya masih ingat betul pada 11 April 2017 yang lalu, kasus penyiraman air keras yang dialami Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, terjadi usai ia melaksanakan salat subuh di masjid Al Ihsan di Kelapa Gading, Jakarta Utara, dekat rumahnya.            Akibat serangan tersebut, mata kiri Novel rusak permanen meski telah menjalani beberapa operasi di Singapura. Namun, ironisnya dua tahun lebih kasus ini masih menjadi misteri. Padahal Dewan Pakar Tim Pencari Fakta (TPF) bentukan Kapolri Jenderal Tito Karnivan, yang beranggotakan para pegiat Ham Asasi Manusia( HAM), Akademisi, hingga pakar, yang saat itu telah enam bulan bekerja masih gagal mengungkap pelaku peneroran tersebut.            TPF hanya mengungkapkan  bahwa serangan terhadap Novel bukan serangan dengan  alasan pribadi, melainkan ada faktor pekerjaan dalam tugasnya dalam memberanta...

Belum Ada Negara yang Runtuh Karena Kebebasan Pers

       Dalam buku " SBY dan Kebebasan Pers", Zainal Muttaqin selaku Ketua Serikat Pers Kaltim dan Direktur Utama Kaltim Pos menuliskan bahwa ia sempat teringat pernyataan mantan Kasdam Mulawarman, Yunus Yosfiah yang pernah menjabat Menteri Penerangan di awal era reformasi.          "Belum ada negara yang runtuh karena keterbukaan informasi, karena persnya bebas," tegasnya.      Menurut Zainal, SBY telah mengajarkan kepada rakyatnya bahwa menjadi pemimpin, bahkan sampai pada level presiden, harus siap menerima kritik setiap saat apapun bentuknya. Walaupun harus diakui, kritik itu sendiri tidak selalu demi kemajuan. Bahkan banyak kritik yang sekadar untuk melampiaskan hasrat pengkritiknya.     Hal tersebut merupakan contoh yang sangat baik dalam keterbukaan informasi, bahwa kritik pers terhadap pemimpinnya, terhadap pemerintahannya adalah suatu keniscayaan yang tidak terhindarkan. Meski kritik tidak menye...