Meski gempuran peralatan
modern buatan pabrikan dari dalam dan luar negeri semakin membanjiri pasar, beberapa
tukang (produksi) pandai besi masih tampak masih bertahan di tengah padatnya kota
Surabaya, bahkan hingga bertahan puluhan tahun lamanya.
Berikut wawancara saya dengan Kastubi, Pemilik usaha
Pandai Besi “Lestari Jaya”, di Jl. Jagir, Wonokromo, No. 352, Surabaya, Jum’at
(3/1).
Sejak kapan produksi pandai besi?
Dari tahun 2001 mandiri, mandiri maksudnya punya sendiri. Kalau menekuni ini sudah dari tahun 80-an hingga sekarang ini.
Bagaimana awal mula membangun usaha ini?
Dulu ikut Pak Lek, dari tahun 80-99 di Bratang. Kemudian dari tahun 2001 sudah mandiri. Tahun 2001-2007 itu di perempatan Panjang jiwo, 2007-sekarang di sini (Jagir, Wonokromo). Kalau pande itu kan modal nggak banyak, Mbak. Sambil jalan, yang penting itu ahli dan yang penting pengalamannya.
Apa saja yang diproduksi?
Kalau pande besi yang diproduksi ya alat-allat proyekan dan alat pertanian. Kalau yang di Surabaya kebanyakan alat proyek, seperti bor, pleser, ginco, pagar, bethel, kubut, cangkul, banyak. Proses produksi yang paling cepet itu betel, yang harga 20 ribu, paling 4 menit. Sedangkan yang paling lama pleser besar, yang harga 650. Itu kalau itu digarap empat orang satu pleser bisa 1 jam. Tapi, kadang setengah hari hanya bisa dapat 2 pleser.
Arang dan besinya memasok dari mana?
Paling banyak dari Nganjuk, tapi ada juga yang dari limbahnya pabrik lontong sini (Surabaya).Di Nganjuk sekarung Rp 50 ribu, yang di sini Rp 20 ribu. Lebih memilih arang Nganjuk karena arang di sini agak basah. Arangnya kan basah, matinya kan mati disiram air (dari pabriknya), kalau di Nganjuk kan arang asli (bukan limbah). Biasanya sehari habis arang dua karung. Sedangkan untuk besi-besi tua ini dari rombeng-rombeng sini saja. Biasanya yang masih bagus dibawa ke sini.
Bagaimana proses pembuatannya?
Besinya dibakar, kemudian untuk proses pembentukkaannya dengan dipalu-palu gitu. Ya, terus dimasukno ke air, yang baja pakai oli, kalau setengah baja pakai air. Memang dibedakan ya, kan baja terlalu keras toh, kalau pakai oli jadi bisa agak lunak.
Setiap hari
apa memproduksi?
Setiap hari ya produksi. Terus, Lah, apalagi ini ada proyek Kalimantan ambilnya dari sini semua. Ya, kan kontraktor-kontraktor sini kan nggarapnya di sana, Mbak. Bawa alatnya dari sini. Langganan kontraktor-kontraktor besar. Tapi, selain produksi juga terima jasa servis. Seperti itu gunting besi mata pisaunya sudah habis bajanya, di pupuk baja lagi. Orang kebanyakan lebih suka di servis saja, kekuatannya luar biasa. Sama yang baru itu, beda. Harga servisnya Rp 150 ribu.
Buka jam hingga jam berapa?
Jam setengah delapan sampai jam setengah empat (sore). Liburnya gantian, jadi nggak tutup. Kecuali, kalau hari raya, perayaan tahun baru libur (produksi). Cuman yang masih melayani orang beli, jadi saya nggak tutup. Meskipun tidak produksi, masih bisa jual kan barang/stok masih banyak. Seperti yang di rak-rak ini semua yang sudah jadi, siap jual.
Comments
Post a Comment