Menjelang lebaran, pasar malam Kodam hingga Royal Plaza di Surabaya dipadati pengunjung. Hari Raya Idul Fitri 1445 H, tinggal menghitung hati saja. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong memadati tempat perbelanjaan. Seperti yang kita ketahui, membeli baju baru saat lebaran seakan sudah menjadi tradisi di Indonesia. Tak ayal jika banyak orang-orang memburu baju, aksesoris, hingga jajanan untuk menyambut momen ini. Terlebih jika upah kerja hingga Tunjangan Hari Raya (THR) sudah diterima semua. Berbagai tempat perbelanjaan, seperti minimarket, pasar, dan mall pun penuh. Belum lagi dengan adanya jadwal buka bersama (Bukber). Sejenis tempat makan, seperti warung, cafe, dan restoran pun turut dipadati pengunjung. Dua dari sekian banyak tempat di Surabaya yang dipadati pengunjung ialah Royal Plaza. Pada video yang diunggah akun Instagram ini_surabaya, menunjukkan suasana padat di tempat yang dijuluki sebagai mall sejuta umat ini. "Royal Plaza lautan manusia rek. Hayo siapa yan...
Meluasnya kasus covid-19 di Indonesia, membuat pemerintah pusat dan daerah melakukan berbagai cara untuk melakukan pencegahan penyebaran pandemi tersebut, salah satunya adalah pemerintah kota (Pemkot) Surabaya.
Pemkot Surabaya sendiri telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi penyebaran pandemi ini. Selain dengan sosialisasi di berbagai tempat dan fasilitas umum, seperti puskesmas, rumah ibadah, hingga persimpangan jalan.
Pemkot Surabaya juga telah membuat dapur umum di halaman Balai Kota. Di sana pembuatan minuman tradisional (pokak) dan telur rebus dilakukan. Pokak dan telur rebus yang dipercaya dapat meningkatkan imun tubuh ini, nantinya akan dibagi-bagikan kepada warga Surabaya.
Tidak hanya itu, langkah pencengahan yang masih aktif dilakukan Pemkot Surabaya adalah dengan menyemprotkan disinfektan. Sebenarnya, hal ini masih menimbulkan pro dan kontra. Karena Pemkot terkesan ngawur melakukannya.
Banyak video, foto, dan berita yang menyebutkan Pemkot Surabaya melakukan penyemprotan disinfektan tidak hanya dari rumah ke rumah, fasilitas dan tempat umum, namun hingga ke jalanan. Bahkan, penyemprotannya pun dilakukan menggunakan drone, dan mobil pemadam bronto skylift.
Penyemprotan dengan ketinggian tersebut dirasa tidak terarah tujuannya. Alih-alih menekan penyebaran covid-19, justru masyarakat harus terpapar partikel-partikel disinfektan. Meskipun, Pemkot Surabaya mengeklaim bahwa hal tersebut aman untuk tubuh karena mengandung bahan tidak berbahaya, seperti bahan-bahan yang ada pada kandungan shampo dan hand sinitizer.
Tapi tetap saja, hal ini seharusnya tidak disarankan, terlebih hal itu tetap berbahaya jika terkena mukosa mulut, hidung dan mata. Kecuali Pemkot Surabaya melakukan penyemprotan dalam jangkauan jarak dekat yang benar-benar terukur tujuannya.
Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri juga menganggap penyemprotan disinfektan di jalanan merupakan hal yang konyol. Mengingat penularan virus corona sendiri melalui cairan hidung dan mulut (droplet) orang yang terinfeksi, di mana dapat melompat dan menularkan melalui bersin dan batuk, kemudian masuk melalui mata, hidung, dan mulut orang yang sehat.
Droplet yang mengandung covid-19 bisa berada pada suatu permukaan benda, seperti gagang pintu, tombol penyebrangan jalan, pegangan eskalator, atau benda-benda lain yang kemungkinan besar dapat disentuh oleh orang-orang yang sehat. Harusnya tempat-tempat umum seperti itulah yang lebih difokuskan kebersihannya. Bukan justru dari permukaan tanah (jalanan).
Bukankah lebih efektif jika permukaan yang kemungkinan besar sering kena virus dilap, sehingga akan memberikan waktu kontak yang cukup dari bahan yang aktif untuk merusak virus. Menyemprot jalanan dengan disinfektan hanya berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, dan menghamburkan sumber daya.
Comments
Post a Comment